![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoDccuK8VLDARiyokaEw60fKw-ZgL0zYIxvaxWUaRvnxGA7l_N2z9OCSxFB3dJAJh3gNnemuP6Dl3Vw5CBsOrPJAoFm3GYHAyshgLXVDbA7spNmK6Elt7oSmm4YR5Ns0Jvrm9b28sOU5E/s400/as.jpg)
KRC, AS
- Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan Asia Tenggara akan menjadi wilayah yang paling mendapat pukulan di sektor ekspor akibat pelambatan ekonomi di Amerika Serikat (AS).
Menurut Deputy Director IMF untuk Asia Pasifik Steven Dunaway, Selasa (22/1) waktu setempat, resesi di AS akan diikuti dengan penurunan ekspor dari Asia, termasuk negara-negara di Asia Tenggara dan China. Berdasarkan pengalaman, sebutnya, setiap 1 persen penurunan pertumbuhan ekonomi AS, maka pertumbuhan ekonomi Asia juga akan turun 0,5-1 persen.
"Negara-negara Asia Tenggara aka menghadapi masa sulit dengan pelambanan ekonomi di AS dan juga akan mendapatkan persaingan dari China," ujarnya dalam forum ekonomi China di Woodrow Wilson International Center for Scholars di Washington.
Dikatakannya negara-negara Asia akan berkompetisi untuk memperebutkan kue yang makin kecil bila impor AS mengecil. Dia mengungkapkan kemungkinan China akan menurunkan harga untuk lebih meningkatkan daya saingnya. "Hal ini akan menambah tekanan terhadap negara-negara Asia Tenggara," ujarnya.(AFP/EDJ)
Menurut Deputy Director IMF untuk Asia Pasifik Steven Dunaway, Selasa (22/1) waktu setempat, resesi di AS akan diikuti dengan penurunan ekspor dari Asia, termasuk negara-negara di Asia Tenggara dan China. Berdasarkan pengalaman, sebutnya, setiap 1 persen penurunan pertumbuhan ekonomi AS, maka pertumbuhan ekonomi Asia juga akan turun 0,5-1 persen.
"Negara-negara Asia Tenggara aka menghadapi masa sulit dengan pelambanan ekonomi di AS dan juga akan mendapatkan persaingan dari China," ujarnya dalam forum ekonomi China di Woodrow Wilson International Center for Scholars di Washington.
Dikatakannya negara-negara Asia akan berkompetisi untuk memperebutkan kue yang makin kecil bila impor AS mengecil. Dia mengungkapkan kemungkinan China akan menurunkan harga untuk lebih meningkatkan daya saingnya. "Hal ini akan menambah tekanan terhadap negara-negara Asia Tenggara," ujarnya.(AFP/EDJ)